Dengan mengakses situs ini, anda setuju terhadap Privacy Policy dan Terms of Use batambuzz.com.
Accept
BatamBuzzBatamBuzz
  • Kota
  • Domestik
  • Perspektif
  • Parlemen
  • Gaya
  • Kultur
  • Kuliner
  • Citizen
  • Tech
Reading: Traling, Pulau Kecil Yang Ditinggalkan Penduduknya (1)
Bagikan
Notification Tampilkan Lainnya
Artikel terbaru
Indonesia Terlilit Utang Rp 7.849 Triliun
Domestik
Cina Pasang Tiga Suar Navigasi di Laut Cina Selatan
Internasional
Siswi MAN Batam Raih Prestasi di Ajang Workshop and Competition MC and Broadcaster For Beginner
Batam
Kloter Pertama 374 Calon Haji Embarkasi Batam Masuk Asrama
Batam
Resep Empal Daging Suwir Empuk
Kuliner
Aa
Aa
BatamBuzzBatamBuzz
  • Kota
  • Domestik
  • Perspektif
  • Parlemen
  • Gaya
  • Kultur
  • Kuliner
  • Citizen
  • Tech
  • Kategori
    • Kota
    • Domestik
    • Perspektif
    • Parlemen
    • Gaya
    • Kuliner
    • Kultur
    • Citizen
    • Film
    • Tech
  • Lainnya
    • Kebijakan Privasi
    • Pedoman Media Siber
Ikuti kami
©Batambuzz, 2023. All Rights Reserved.
CitizenHumaniora

Traling, Pulau Kecil Yang Ditinggalkan Penduduknya (1)

Batam Buzz
Terakhir Diedit: 31/03/2023 pukul 8:08 AM
Batam Buzz Terbit pada: 05/11/2022
Bagikan
788
SEBARAN
ShareTweetTelegramLine

SUDAH beberapa tahun ini pulau itu ditinggal penduduknya. Kosong tanpa penghuni. Yang ada hanya rumah-rumah tinggal sederhana yang mulai lapuk. Beberapa masih berdiri dengan kondisi yang makin rapuh. Yang lain tinggal puing tanpa atap lagi.

Contents
Kondisi pulau TralingAsal Nama Traling

Di beberapa rumah penduduk yang masih utuh, barang perabot rumah tangga masih ada. Meja, tempat tidur, lemari bahkan pakaian milik warga.

Saya juga menemukan buku tuntunan mengaji yang terbuka tanpa sampul depannya lagi pada sebuah meja di salah satu rumah yang sudah ditinggalkan. Tapi semuanya dalam kondisi berantakan.

Sebuah mushala kecil yang terletak di bagian tengah, di antar rumah-rumah warga yang kosong, kondisinya juga sama miris. Atapnya nyaris rubuh.

Ada sebuah jam dinding yang tergantung di salah satu bagian dalam mushala. Sudah tidak berdetak. Jarum pendek menunjukkan di hampir angka lima. Sementara jarum panjang di angka 10. Mungkin mati saat waktu menunjukkan pukul 16.50. Atau mungkin pada dinihari di 04.50.

- Advertisement -
iklan drone

Data geoview.org menyebut, pulau kecil bernama Traling itu berada pada koordinat Latitude: 1°1’1.67″ dan Longitude: 104°5’47.03″.

Di hadapannya, hanya dipisahkan sebuah selat kecil berjarak kurang dari 500 meter, ada pulau lain yang lebih besar ukurannya. Orang di sekitar menyebut dengan nama pulau Sekenah. Sedikit lebih beruntung dari Traling, pulau Sekenah masih dihuni oleh 3 Kepala Keluarga (KK) saat ini.

“Sudah banyak yang meninggalkan Sekenak. Termasuk saya,” kata pak Madi yang sekarang tinggal di Teluk Lengung. Sebuah teluk kecil yang tenang dekat Telaga Punggur, Batam.

Pak Madi menjadi pemandu kami untuk mendatangi pulau Traling.

Situs kkp.go.id mendata pulau kecil bernama Traling sebagai nama saja. Tidak ada informasi lanjutan seperti ekosistem SDA, kependudukan, sumberdaya non hayati, lingkungan serta sarana prasarananya. Secara tata pemerintahan, pulau Traling disebut masuk dalam wilayah kelurahan Tanjung Piayu, Batam.

Simak Juga :  Kampung (di) Singapura yang Dihutankan Lagi!

Pak Madi, pemandu kami adalah warga pulau Sekenak, dahulunya. Jarak yang begitu dekat, hanya dipisahkan selat kecil, membuat pak Madi begitu familiar dengan pulau Traling yang berada di hadapan.

“Sebelumnya ada 30-an KK yang tinggal di Traling”, kata pak Madi.

Ia tinggal di pulau Sekenah yang berada persis di depan pulau Traling hingga awal tahun 2000-an silam. Kemudian memutuskan pindah ke Teluk Lengung yang berjarak 15 hingga 20 menit perjalanan menggunakan perahu atau boat bermesin tempel dari pulau Traling.

Dulunya, jumlah penduduk di pulau Traling lebih banyak dibanding penduduk di seberang selat kecil itu.

Tapi, mengapa mereka meninggalkan pulau Traling, kemudian?

Kondisi pulau Traling

SECARA wilayah, pulau Traling dan pulau Sekenak di hadapannya masuk dalam wilayah kelurahan Tanjung Piayu. Pulau itu berhadapan langsung dengan daratan Batam di Tanjung Piayu Laut dan Kampung tua Bagan.

Jika kita mengikuti alur di selat kecil yang memisahkan pulau Traling dan pulau Sekenah dari arah Telaga Punggur, arahnya akan menuju ke perairan di sekitar jembatan satu Barelang.

Tak jauh dari pulau itu, kita juga bisa melihat bendungan fenomenal yang membendung perairan Duriangkang yang dulunya laut, menjadi sebuah waduk air tawar. Itu adalah bendungan terbesar di kota Batam.

Dahulunya, perairan di sekitar pulau Traling adalah perlintasan orang dan perdagangan yang strategis, saat wilayah kampung Duriangkang lama tumbuh sebagai salah satu sentra ekonomi pulau Batam Masa lalu.

Kawasan Duriangkang yang sekarang menjadi waduk, sempat tumbuh sebagai perkampungan massa. Kebanyakan dihuni warga etnis Tionghoa.

Aktifitas dan hubungan antar warga di wilayah lainnya, biasa ditempuh melalui jalur perairan laut yang kini menjadi danau yang dibendung. Jalur aktifitas warga tersebut juga melintas di antara perairan pulau Traling dan Sekenah.

Sementara mulai era 1970-an, akses ke perkampungan Duriangkang lama bagi warga yang mulai mendiami wilayah Batam lainnya, juga bisa dilakukan melalui jalur darat berupa jalur setapak tanah dari seberang komplek Olahraga Temenggung Abdul Jamal masa kini.

Simak Juga :  Sedih Adalah Kewajaran Bagi Manusia

Hingga awal tahun 90-an, perkampungan Duriangkang lama masih ada. Sejumlah fasilitas publik seperti sekolah negeri juga sempat berdiri selama puluhan tahun di sana. Warga di perkampungan Duriangkang lama pindah setelah kawasan tempat tinggal mereka dijadikan waduk oleh Otorita Batam dengan cara membendung perairan laut mulai dari kampung Bagan hingga ke wilayah Teluk Lengung.

Seiring waktu, aktifitas ekonomi warga di jalur perairan laut sekitarnya pun menyusut.


Ketinggian pulau Traling hanya 1-8 meter dpl. Secara umum, kondisi alamnya serupa dengan kebanyakan pulau-pulau kecil yang banyak terdapat di sekitar wilayah Batam, Rempang Galang hingga ke perairan pulau Bintan. Ketinggian dari muka laut yang relatif rendah menyebabkan minimnya sumber air tawar bersih di sini.

“Ada satu sumur yang biasa dimanfaatkan warga, dulu. Tapi airnya payau. Kalau hujan tak turun lebih dari seminggu, sumurnya kering,” kata pak Madi.

Tidak ada fasilitas umum apapun di pulau Traling maupun di pulau seberangnya, Sekenah, yang kini tinggal bersisa 3 Kepala Keluarga (KK) saja.

“Tidak ada puskesmas, tidak ada sekolah. Hanya itu saja, mushola itu”, kata pak Madi saat menjelaskan fasilitas umum yang ada di pulau Traling yang kini sepi.

Berbagai keterbatasan dan kondisi yang timpang dengan penduduk di pulau utama, Batam, membuat warga di pulau Traling akhirnya hijrah meninggalkan pulau kecil itu. Sebagian pindah ke kampung Bagan. Yang lain ada yang berhijrah ke Piayu Laut hingga wilayah Teluk Lengung di Telaga Punggur, Batam.

Asal Nama Traling

PENAMAAN pulau Traling disebut berasal dari nama sejenis pohon khas wilayah Kepulauan Riau yang dulu banyak terdapat di pulau itu.

Pohon Teralin. Lidah dan logat warga di sekitar perairan Batam menyebutnya sebagai Traling.

“Itu dari nama pohon, pohon Traling. Sejenis Meranti. Dulu banyak tumbuh di pulau itu,” kata pak Madi.

Simak Juga :  Demonstrasi Penderita 'Long Covid-19' di Jerman (Foto)

Ikhwal nama ‘Traling’ dalam penyebutan masyarakat di pesisir Batam yang sinonim dengan kayu ‘Teralin’, seorang penulis Belanda, Elisa Netscher dalam tulisannya Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw terbitan tahun 1853, menyebutkan persamaan ciri-cirinya.

Buku yang ditulis Elisa adalah tentang kekayaan alam Kepulauan Riau. Terutama kayu-kayunya.

Seperti dinukil dari laman Kemdikbud RI, kayu yang dihasilkan dari hutan yang ada di Kepulauan Riau, menurut Elisa, tidak kurang ada 46 jenis kayu berkualitas.

Netscher menyebutkan, laporan dari Mr. GF de Bruijn Kops, banyak lagi kayu yang bermanfaat yang ada di Pulau Lingga dan pulau lainnya di Kepulauan Riau saat itu.

“Kayu yang berkualitas tidak akan rusak diganggu semut putih dan cacing laut. Kapal-kapal yang dibuat maupun rumah penduduk utuh meskipun sudah berusia 50 tahun.”

Kata Netscher lagi, dengan banyaknya kayu yang berkualitas di Kepulauan Riau, berdampak pada kualitas rumah penduduk yang juga bagus.

“Rumah penduduk asli Melayu nampak rapi dan bagus. Kapal-kapal yang dibuat di Lingga dan Bintan berkualitas bagus.”

46 kayu berkualitas asal Kepulauan Riau, ditulis dengan deskripsi ciri-ciri. Salah satunya adalah jenis kayu ‘Teralin’.

Warnanya disebutkan kemerahan dengan serat yang agak kasar. Biasa digunakan sebagai alas dek kapal dan bahan membuat rumah bagi warga di Kepulauan Riau pada masa itu.

“Biasa untuk bahan membuat perahu, sama seperti Meranti. Tapi sudah sulit menemukan jenis kayu itu lagi di sekitar sini sekarang,” ungkap pak Madi.

Penjelasannya soal kayu Traling hampir sama dengan penjelasan soal kayu Teralin yang disampaikan Elisa Netscher dalam tulisannya yang terbit tahun 1853 silam.

(*)

Bersambung

Sumber : beplus.id 

Google News

Artikel lainnya

“Mengunjungi Batu Merah, Kampung Tua di Batu Ampar”

Imbas Cuaca Panas, Listrik Digilir di Batam

Satu Pembangkit Tidak Beroperasi, Suplai Listrik Pelanggan Bisnis dan Industri Digilir

Partai Garuda Tak Ikut Pendaftaran Bakal Caleg di KPU Batam

Hindari Aktifitas di Luar saat Siang, Suhu Capai 34 Derajat Celcius

TAGGED: batam, Pulau Traling
Batam Buzz 05/11/2022
Artikel sebelumnya Rumah Keluarga Penerima Manfaat PKH di Tanjungpinang Akan Dipasang Label Khusus
Artikel selanjutnya Rekor Istimewa Menanti Ronaldo, Cukup Cetak Gol
Berikan Komentar Berikan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULER

Pria Ditemukan Meninggal Tergantung, Diduga Karena Sulit Dapat Pekerjaan

SEORANG pria ditemukan meninggal akibat gantung diri di kamar tempat tinggalnya di Kecamatan Sekupang, Batam Kamis (5/5/2023) malam…

06/05/2023

“Mengunjungi Batu Merah, Kampung Tua di Batu Ampar”

WILAYAH di sekitar Batu Ampar, Batam, mulai dihuni penduduk beberapa puluh tahun lalu. Pada saat…

18/05/2023

Masyarakat Tempatan Diminta Ikut Dilibatkan dalam Megaproyek Pulau Rempang

RENCANA pengembangan Pulau Rempang sebagai The New Engine of Indonesian's Economic Growth dengan konsep Green…

13/05/2023

Kloter Pertama 374 Calon Haji Embarkasi Batam Masuk Asrama

SEBANYAK 374 calon haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama mulai masuk asrama haji…

23/05/2023
- Artikel Sponsor -
iklan drone

Artikel Baru

Indonesia Terlilit Utang Rp 7.849 Triliun
25/05/2023
Cina Pasang Tiga Suar Navigasi di Laut Cina Selatan
25/05/2023
Siswi MAN Batam Raih Prestasi di Ajang Workshop and Competition MC and Broadcaster For Beginner
23/05/2023
Kloter Pertama 374 Calon Haji Embarkasi Batam Masuk Asrama
23/05/2023
Resep Empal Daging Suwir Empuk
23/05/2023
CUACA KOTA BATAM

Ikuti Kami

Temui di Sosial Media
Facebook Like
Twitter Ikuti
Instagram Ikuti
Youtube Subscribe

Editor Pick

Bencana Tanah Longsor Terbesar di Kepri, 11 Orang Meninggal 47 Masih Hilang
07/03/2023
Apa itu eSIM & iSIM, Pengganti SIMCard HP?
09/03/2023
Sejarah Nama Pantai Trikora di pulau Bintan
05/03/2023
Lokasi Wisata di Batam yang Patut Anda Kunjungi | AI News
19/03/2023
Gereja Kuno Muncul Usai Puluhan Tahun Tenggelam
06/04/2023
BatamBuzzBatamBuzz
Ikuti kami

©Batambuzz, 2023. All Rights Reserved.

  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?