PULAU Penyengat seluas sekitar 2×1 kilometer ini berhadapan langsung dengan Kota Tanjungpinang ibukota provinsi Kepri. Pulau kecil ini memiliki peninggalan benda cagar budaya yang erat kaitannya dengan perjalanan sejarah Kerajaan Riau-Johor-Pahang-Lingga.
Bukti jejak sejarah tersebut, dapat kalian lihat ketika mengunjungi langsung beberapa destinasi wisata religi yang ada di pulau Penyengat Kota Tanjungpinang.
Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat
Di pulau Penyengat terdapat Masjid Raya Sultan Riau. Masjid tersebut didirikan pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman. Bangunan utama masjid itu berukuran 18×20 meter ditopang oleh empat buah tiang beton. Di keempat sudut bangunan, terdapat menara tempat Bilal mengumandangkan adzan.
Masjid Raya Sultan Riau berwarna kuning, dan terdapat 13 kubah berbentuk seperti bawang, jumlah keseluruhan menara dan kubah sebanyak 17 buah yang melambangkan jumlah rakaat sholat fardhu lima waktu sehari semalam.
Masjid Sultan Riau masih berdiri kokoh hingga saat ini, jika anda mengunjungi Pulau Penyengat, tak jauh dari dermaga, anda akan melihat jelas megahnya Masjid Raya Sultan Riau Penyengat.
Di dalam Masjid Raya Sultan Riau, anda akan melihat Al-Qur’an dengan tulisan tangan yang terpajang di tengah masjid. Di bagian kiri dan kanan halaman depan masjid terdapat rumah sotoh yang dahulunya digunakan sebagai tempat belajar ilmu agama. Di luar Masjid terdapat balai atau pendopo untuk pengunjung beristirahat.
Menurut Sejarahwan Kepulauan Riau (Kepri), Aswandi Syahri, masjid Raya Sultan Riau Penyengat adalah masjid tertua di Kepri yang sudah dibangun sejak 1832 oleh Raja Abdurrahman. Namun sebelumnya, pada 1803 ketika pulau Penyengat dibuka untuk Engku Puteri Raja Hamidah sudah ada bangunan masjid yang terbuat dari kayu.
“Masjid pulau Penyengat inilah masjid tertua di Kepri yang sampai saat ini masih bisa kita lihat bentuk fisiknya,” ucapnya.
Komplek Makam Engku Puteri Raja Hamidah
Jika berkunjung ke pulau Penyengat, kurang lengkap rasanya jika tidak berziarah ke komplek makam Engku Puteri Raja Hamidah.
Raja Hamidah adalah Permaisuri Sultan Mahmud Riayat Syah, Sultan Riau, Lingga, Johor, dan Pahang yang memerintah antara tahun 1784-1806.
Pulau Penyengat dibangun menjadi sebuah negeri oleh Sultan Mahmud Riayat Syah untuk dianugerahkan kepada Raja Hamidah sebagai mahar atau emas kawin takkala Sultan Mahmud Riayat Syah menikahi Raja Hamidah. Sejak perkawinan itu Raja Hamidah bergelar Engku Puteri.
Sosok Engku Puteri disebut-sebut juga tokoh budaya pikir dikalangan perempuan Melayu zamannya, Engku Puteri mewariskan pikiran-pikiran yang besar dan kreatif yang masih bermanfaat dan relavam hingga sekarang ini.
Engku Putri termasuk wanita yang sangat berpengaruh, terutama di bidang adat istiadat, di dalam hal lain yang menunjukkan kedudukan yang prima Engku Puteri dalam kerajaan Riau, Lingga, Johor, dan Pahang yaitu sebagai pemegang Regalia (alat-alat kebesaran kerajaan).
Di komplek ini juga terdapat makam Pahlawan Nasional, Raja Ali Haji. Beliau adalah anak dari Raja Ahmad Bin Raja Haji Fisabilillah, dengan isterinya Encik Hamidah Binti Panglima Malik Selangor.
Raja Ali Haji banyak mewariskan kitab-kitab seperti diantaranya Tuhfat Al-Nafis, silsilah Melayu dan Bugis, Gurindam XII, Syair Abdul Muluk, kitab pengetahuan bahasa, Tsamaratul Muhimmah, dan beberapa karya lainnya.
Dari karya-karya itu Raja Ali Haji diingat sebagai tokoh penting di bidang sejarah, sastra, dan agama Islam. Raja Ali Haji merupakan anak pribumi pertama yang membuat Kamus Bahasa Melayu dan kamus ini juga merupakan dasar Bahasa Indonesia.
Raja Ali Haji diangkat menjadi Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonedia pada 10 November 2004.
Makam Pahlawan Nasional, Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV (1777-1784)
Raja Ali Haji Fisabilillah lahir di Hulu Sungai Riau (kota lama) pada tahun 1717. Beliau adalah putera Daeng Celak, Yang Dipertuan Muda II dengan Tengku Mandak.
Setelah Ayandanya wafat. Raja Haji diangkat sebagai Engku Kelana yaitu Calon Yang Dipertuan Muda. Sedangkan jabatan Yang Dipertuan Muda Riau III dipercaya pada Daeng Kamboja.
Dalam kedudukannya sebagai Engku Kelana, Raja Haji banyak membantu menegakkan kekuatan dan kedaulatan kerajaan sahabat seperti Kerajaan Indera Giri, Kedah, Selangor, Jambi, Pontianak, Siak, Pahang, dan Palembang.