MINUMAN kaleng menjadi tradisi yang menghiasi rumah warga Batam dan Kepulauan Riau pada pada setiap perayaan Idul Fitri. Kehadiran minuman kaleng seperti tak terpisahkan dengan perayaan hari raya Idul Fitri di Batam dan Kepri sekitarnya.
MINUMAN kaleng ini biasanya disajikan bersama kue atau kuliner khas lebaran untuk menjamu para tamu yang datang bersilaturahmi. Dan itu hampir ditemukan di semua masyarakat Batam yang merayakan Idul Fitri.
Setiap tahun, menjelang Idul Fitri, warga di Batam akan memburu minuman kaleng. Hampir semua swalayan menjual minuman kaleng.
Selain itu ada tradisi unik berbagi minuman kaleng ke sesama. Dari sesama rekan kerja, pemilik perusahaan ke pekerja hingga dibagikan dari unsur pemerintah ke masyarakat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata menyebut tradisi berbagi dan menyajikan minuman kaleng ini sudah menjadi kebiasaan jelang dan saat lebaran Idul Fitri di Batam dan Kepri khususnya. Ia menyebut belum bisa memastikan kapan tradisi itu dilakukan tapi sudah berlangsung lama.
“Kita juga belum bisa memastikan dari mana tradisi berbagi dan menyajikan minuman kaleng saat lebaran. Begitu juga kapan kebiasaan ini mulai dilakukan masyarakat,” kata Ardi, Sabtu (9/3/2024).
Ardi menyebut tradisi berbagi dan menyajikan minuman kaleng ini tidak hanya dilakukan masyarakat Batam dan Kepri pada lebaran, tapi kebiasaan ini tersebut dilakukan pada setiap hari raya keagamaan.
“Tak hanya umat muslim saja. Tapi masyarakat non muslim seperti perayaan natal hingga perayaan Tahun Baru Imlek pasti kita temukan minum kaleng disajikan di rumah. Kalau di daerah lain mungkin lebih tren parcel dan lain-lain,” ujarnya.
Ardiwinata menyebut tradisi berbagi minuman kaleng ini cukup bagus. Dalam pelaksanaannya hal tersebut dapat mempererat hubungan silaturahmi.
“Ini dari sisi silaturahmi cukup bagus karena saling berbagi dan mempererat silaturahmi,” ujarnya.
Ardiwinata menyebut tradisi berbagi jelang lebaran Idul Fitri ini sudah terjadi sejak lama. Untuk air kaleng ini diperkirakan mengikuti perkembangan zaman.
“Tradisi berbagi jelang lebaran ini sebenarnyakan sudah lama dilakukan saat sebelum lebaran. Kenapa air kaleng, karena perkembangan zaman, dia lebih simpel dan praktis disajikan. Kan dulu saat kita bertamu pasti disajikan air sirup, atau air teh, nah ini model praktis dan simpelnya,” jelasnya
“Kalau dari sudut budaya ini bisa masuk warisan budaya tak benda. Seperti kebiasaan masyarakat yang terus dilestarikan. Ini jika dilakukan kajian akademis ini bisa dijadikan warisan budaya tak benda,” tambahnya.
(ham/detikcom)