BAJU kurung Teluk Belanga merupakan pakaian tradisional Melayu Lingga. Berkembangnya baju kurung Teluk Belanga ke Lingga kemungkinan besar di masa Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan kemudian menjadi pakaian kebiasaan orang Melayu Lingga.
Baju kurung Teluk Belanga yang dipakai di Lingga ialah labuh bajunya hingga sampai ke punggung, berkocek dua di bawah kiri dan kanan di bagian perut. Baju teluk belanga di bagian leher tidak menggunakan kerah, bagian leher di jahit tangan yang disebut jahit tikam tulang belut dan berkancing satu di bagian atas dekat leher.
Baju ini menggunakan pesak kekek. Pesak kekek tersebut berada di bawah ketiak kanan dan kiri.. Pesak kekek menjadikan baju lebih longgar dan leluasa dipakai.
CARA MEMBUAT :
- Ambil bahan baju kurung yang akan dijahit
- Kain dipotong sesuai dengan ukuran yang telah disiapkan (ukuran dewasa, remaja dan anak)
- Kemudian yang pertama sekali kita menggunting bahan untuk ukuran badan baju
- Kemudian menggunting lengan baju (untuk tangan baju)
- Selanjutnya menggunting pesak baju, kekek baju, kocek (saku) atas 1 buah dan 2 buah kocek (saku) bagian bawah.
- Selanjutnya menggunting kerah. Lapisan leher dijahit jelujur kemudian dijahit tulang belut (dijahit menggunakan tangan tidak menggunakan mesin)
- Sedangkan di bagian yang lainnya dijahit seperti biasa
- Setelah selesai baru dipasang butang pada bagian leher.
MAKNA :
Butang pada baju tersebut mempunyai makna keesaan yang Maha Kuasa. Tulang belut mempunyai makna saling mengisi/tolong menolong, menjaga rahasia.
Pesak kekek mempunyai makna menyembunyikan dan menentukan kekayaan/harta, keluarga juga derajat tergantung besar atau kecilnya pesak. Baju kurung selain menutup tubuh dan aurat si pemakai, ia juga mengurung akhlak, budi pekerti serta terkandung sopan santun dan tunjuk ajar.
Di Lingga baju kurung Teluk Belanga dipakai di acara adat istiadat, hari-hari besar Islam. Hanya beberapa desa yang mempunyai penjahit baju teluk belanga. Sebagian besar baju dijual setelah ada pemesan yang membutuhkan.
(ham)
Sumber : Dinas Kebudayaan kabupaten Lingga