PERANG Dunia II telah meluluhlantakkan seluruh dunia, termasuk Jepang yang sempat menjajah beberapa negara tetangganya di Asia. Walaupun selama ini dipandang sebagai pasukan yang brutal dan tak berperikemanusiaan, ternyata tentara Jepang pun termasuk korban dalam peperangan yang tak mereka harapkan bakal terjadi. Mereka pun “direnggut” dari keluarga masing-masing, dipaksa untuk berkorban nyawa demi kehormatan bangsa.
Berikut ini beberapa novel Jepang yang bercerita tentang kehidupan warga Negeri Sakura selama dan sesudah Perang Dunia II. Novel-novel ini tak hanya membahas dampak perang bagi warga sipil, tapi juga pergeseran nilai masyarakat setelah kekalahan telak Jepang.
1. Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela – Tetsuko Kuroyanagi

Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela adalah novel penuh keceriaan tentang Totto-chan yang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar. Setelah dikeluarkan dari sekolah, Totto-chan menjadi murid di Tomoe Gakuen.
Mr. Kobayashi, kepala sekolah mendirikan Tomoe Gakuen di gerbong kereta bekas. Ia merancang berbagai mata pelajaran dan program menyenangkan untuk para muridnya yang berkebutuhan khusus. Selain Totto-Chan, ada juga Yasuaki yang menyandang polio dan Takahashi yang mengalami gangguan pertumbuhan.
Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela adalah novel yang ditulis duta UNICEF, Tetsuko Kuroyanagi berdasarkan pengalamannya belajar di Tomoe Gakuen. Sekolah itu memberikan banyak pengalaman berharga baginya. Melalui ‘kacamata’ Totto-chan dan teman-temannya, pembaca juga bisa merasakan sulitnya hidup di masa Perang Dunia II.
2. Twenty-Four Eyes – Sakae Tsuboi

Dua Puluh Empat Pasang Mata atau Twenty-Four Eyes adalah novel karya Sakae Tsuboi yang menceritakan kisah panjang Hisako Oishi sebagai pendidik di Shodoshima. Awalnya, ia mengajar dua belas anak kelas satu. Murid-murid Oishi tak lantas menerimanya, karena guru baru itu datang dengan mengayuh sepeda dan mengenakan setelan bergaya barat.
Lambat laun, Oishi berhasil mengambil hati murid-muridnya. Cerita terus bergulir sampai ia mengajar anak-anak kelas enam. Murid-murid Oishi mengalami kesulitan yang berbeda untuk bisa terus sekolah.
Hari-hari di sekolah yang damai pun berubah setelah Jepang ikut andil dalam Perang Dunia II. Murid-murid pria dikirim untuk bergabung dengan militer. Suami Oishi juga tewas selagi menjalankan tugas militer. Intinya, buku ini menceritakan dampak perang terhadap warga sipil Jepang dan merenggut masa kecil yang normal dari anak-anak Negeri Sakura di masa itu.
3. An Artist of the Floating World – Kazuo Ishiguro

An Artist of the Floating World adalah salah satu novel terpopuler penulis Inggris-Jepang, Kazuo Ishiguro. Novel ini menyoroti kehidupan Masuji Ono, mantan seniman pro pemerintah yang sempat membuat karya-karya propaganda sebelum dan selama Jepang terjun ke Perang Dunia II.
Cerita fokus pada kehidupan Ono setelah perang. Melihat orang-orang di sekitarnya mati-matian untuk bangkit dari keterpurukan setelah Jepang kalah, Ono dihantui rasa bersalah.
Melalui narasi dalam bukunya, Ishiguro menggambarkan kisah yang sangat pribadi. Pembaca juga diajak untuk melihat kebangkitan warga Jepang setelah perang dan pergeseran nilai-nilai masyarakat pada waktu itu.
4. Mawar Jepang – Rei Kimura

Novel Mawar Jepang adalah kisah yang terinspirasi dari sejarah kontroversial Jepang yang selama ini ditutup. Novel ini mengajarkan tentang harga sebuah perdamaian dan bahwa perang tidak pernah menjadi solusi yang ideal dalam menyelesaikan konflik.
Seorang jurnalis NHK menemukan kejanggalan dalam arsip di salah satu kamp bekas perang yang mengarah pada fakta keberadaan pilot perempuan kamikaze di Jepang. Berkat bantuan sejarawan andal, penyelidikan yang dilakukan sang jurnalis mengarah pada satu nama, Rika Kobayashi alias Sayuri Miyamoto.
Kisah Sayuri dimulai setelah Jepang berhasil menghancurkan Pearl Harbor. Pemerintah Jepang lalu memberlakukan wajib militer bagi setiap laki-laki dewasa. Di sisi lain, perang telah menghancurkan keluarga warga Jepang. Setiap rumah tangga wajib “mengorbankan” putra, suami, dan ayah mereka demi kaisar.
Sayuri memutuskan untuk terlibat dalam perang setelah kepergian adik laki-lakinya. Ia menjadi perawat bersama sahabatnya di salah satu rumah sakit di Tokyo. Teror perang pun menelan korban semakin banyak, termasuk adik dan sahabatnya. Sayuri pun bersumpah untuk membalas kematian orang-orang yang dicintainya dengan menjadi pilot kamikaze. Ia menyamar menjadi laki-laki dan berhasil mewujudkan keinginannya. Namun, sesuatu terjadi pada hari Sayuri akan menabrakkan pesawatnya ke target musuh.
Demikian informasi singkat tentang novel-novel Jepang yang bercerita tentang kelamnya Perang Dunia II dari sudut pandang warga Negeri Sakura.
(sus/merdekacom)