GEYLANG adalah salah satu kawasan yang kaya akan sejarah dan budaya di Singapura. Nama “Geylang” berasal dari kata Melayu “geylang,” yang berarti “menyusuri” atau “melintasi,” merujuk pada aliran sungai yang dulunya mengalir melalui daerah tersebut. Ada juga yang mengartikan berbeda.
“Gelang si paku Gelang,
Gelang si rama-rama.
Mari pulang, marilah pulang
Marilah pulang,
Bersama-sama.”
SYAIR di atas diambil dari lagu daerah tercinta “Gelang Sipaku Gelang” dan meskipun liriknya tidak sepenuhnya pasti, lagu tersebut sering dikaitkan dengan rasa memiliki yang kuat dari masyarakat Melayu terhadap Geylang Serai di Singapura. Alasannya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1890-an, ketika Inggris memaksa orang Melayu dan Orang Laut (bahasa Melayu untuk “Orang Laut”) untuk pindah lebih jauh ke pedalaman dari pemukiman asli mereka di muara Sungai Singapura.
Mereka menetap di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Geylang Serai, yang merupakan salah satu pemukiman Melayu tertua di Singapura. Nama daerah tersebut mengisyaratkan masa lalunya sebagai perkebunan serai dan geylang yang mungkin berasal dari kata Melayu kilang, yang berarti pabrik atau pabrik pengepresan. Ada juga yang menyebut, penamaan wilayah itu berasal dari kata Melayu “Geylang” yang berarti menyusuri atau melintasi, merujuk pada aliran sungai yang dulunya melintas di wilayah itu.
Sebagian besar wilayah tersebut direklamasi dari lahan rawa untuk membangun fondasi Geylang yang kita kenal sekarang.
Pada abad ke-19, Geylang merupakan daerah yang dikenal dengan kegiatan pertanian. Selain pertanian, wilayah Geylang saat itu adalah pusat perdagangan, serta salah satu permukiman Melayu tertua di Singapura. Laman visitsingapore menyebut bahwa sempat ada perkebunan serai yang luas di distrik itu, selama paruh akhir abad ke-19.
Sebelum menjadi kawasan urban seperti sekarang, Geylang adalah wilayah pertanian yang subur. Geylang terkenal dengan tanahnya yang subur, yang cocok untuk pertanian. Petani, terutama dari komunitas Melayu dan Tionghoa, banyak menanam padi serta berbagai jenis sayur-sayuran.
Untuk mendukung pertanian padi, sistem irigasi yang baik dibangun, memanfaatkan sungai dan saluran air yang mengalir di daerah tersebut.
Kehidupan Masyarakat Masa Lalu
PENDUDUK Geylang pada masa itu sebagian besar terdiri dari petani dan keluarga yang bergantung pada hasil pertanian untuk kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, Geylang pada masa lalu adalah kawasan yang berfungsi sebagai sumber pangan, tempat tinggal, dan pusat kegiatan sosial bagi penduduknya, sebelum mengalami transformasi menjadi kawasan urban yang lebih modern.
Dengan kedatangan para imigran dari Tiongkok, India, dan negara-negara lain, Geylang mulai berkembang menjadi kawasan pemukiman yang lebih padat.
Perkembangan Ekonomi
SEIRING dengan pertumbuhan populasi, Geylang juga menjadi pusat perdagangan dan komersial. Banyak toko, restoran, dan pasar dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Geylang terkenal dengan kulinernya, terutama hidangan Melayu dan Tionghoa, yang mencerminkan keragaman budaya di daerah ini.
Geylang Sekarang
SAAT ini, Geylang dikenal tidak hanya sebagai kawasan bersejarah tetapi juga sebagai lokasi yang hidup dengan kehidupan malam yang ramai. Meskipun ada stigma tertentu terkait dengan kegiatan di kawasan ini, Geylang tetap menjadi tempat yang menarik untuk dijelajahi, dengan arsitektur yang unik, pasar malam, dan berbagai pilihan makanan.
Geylang, yang terletak di sebelah timur Singapura, merupakan kawasan yang unik dan beragam, menggabungkan elemen tradisional dan modern. Berikut adalah beberapa aspek penting mengenai kondisi Geylang saat ini:
1. Kehidupan Urban dan Komersial
Geylang telah bertransformasi dari daerah pertanian menjadi kawasan yang padat dengan aktivitas komersial. Dengan berbagai toko, restoran, dan kafe, Geylang menawarkan pengalaman belanja dan kuliner yang kaya.
Jalan-jalan di Geylang terkenal dengan pilihan makanan yang beragam, dari hidangan Melayu, Tionghoa, hingga India.
2. Kehidupan Malam yang Ramai
Geylang juga dikenal dengan kehidupan malamnya yang aktif. Beberapa bagian kawasan ini menjadi pusat hiburan, dengan banyak bar, klub malam, dan tempat makan yang buka hingga larut malam.
Meskipun demikian, ada juga stigma terkait dengan beberapa aspek kehidupan malam di Geylang, yang sering kali menjadi sorotan media.
3. Warisan Budaya
Meskipun mengalami urbanisasi, Geylang tetap mempertahankan warisan budayanya. Beberapa bangunan bersejarah dan arsitektur tradisional masih dapat ditemukan di sepanjang jalan, termasuk rumah-rumah peranakan dan masjid.
Kegiatan budaya, seperti festival dan perayaan, masih dilestarikan oleh komunitas lokal.
Geylang merupakan contoh nyata dari keragaman budaya Singapura. Kawasan ini dihuni oleh berbagai komunitas, termasuk Melayu, Tionghoa, dan India. Interaksi antarbudaya ini tercermin dalam kuliner, bahasa, dan tradisi yang ada di Geylang.
Geylang mudah diakses melalui transportasi publik, dengan beberapa stasiun MRT dan jalur bus yang melayani kawasan ini. Ini menjadikannya tempat yang nyaman untuk dikunjungi oleh penduduk lokal maupun wisatawan.
Saat ini, Geylang adalah kawasan yang dinamis, menggabungkan kehidupan urban yang modern dengan warisan budaya yang kaya. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Geylang terus berkembang sebagai salah satu area yang menarik di Singapura, menawarkan pengalaman unik bagi siapa saja yang mengunjunginya.
(ham/sus)